POROSJAKARTA.COM, JAKARTA - Menteri pada era Orde Baru, Sarwono Kusumatmadja meninggal dunia hari Jumat (26/5/2023). sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Almarhum meninggal di Penang Malaysia pada usia 79 tahun karena menderita penyakit kanker paru-paru.
Hal ini dikabarkan oleh putra almarhum dari Penang disampaikan kepada politikus Partai Golkar Christina Aryani.
"Sudah meninggal dunia, ini confirmed dari anaknya," ujar Christina seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (26/5/2023). Dia mengatakan putranya menyampaikan seperti itu, dan belum ada informasi lebih lanjut mengenai kabar itu. Kabar meninggalnya Sarwono juga disampaikan politikus Indra J Piliang melalui akun twitternya.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Sarwono Kusumaatmadja berpulang jam 15.14 di Adventist Hospital, Penang. Orang hebat. Beliau pernah saranin saya untuk kirim positioning paper berupa weekly and monthly untuk isyu2 politik dan sosial, setelah saya pensiun," tulis Indra Piliang.
Sarwono merupakan pejabat lintas zaman. Semasa berkarier di pemerintahan Orde Baru, Pria kelahiran 24 Juli 1943 ini pada periode 1971 – 1988 menjabat sebagai Anggota DPR RI . Ia menjabat juga sebagai Sekjen DPP Partai Golkar Golkar (1983-1988). Sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Ia juga menjabat Anggota DPR RI
Di era reformasi ia menjabat Menteri Eksplorasi Kelautan pada Kabinet Persatuan Nasional (1999–2001). Anggota dan terpilih dalam pemilu legislatif 2004 sebagai anggota DPD RI dari DKI Jakarta pada tahun 2004. Terakhir menjadi anggota dewan komisaris PT Energy Management Indonesia sebagai Komisaris Utama.
Calon Nomor Satu Gubernur DKI Jakarta
Pada waktu pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007, Sarwono melamar sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2007–2012 melalui PDI Perjuangan. Luar biasanya, Sarwono yang suka bicara ceplas-ceplos itu mampu menarik perhatian massa setelah ia berhasil menempati peringkat teratas dibandingkan enam bakal calon gubernur dari PDIP.
Ia meriah suara terbanyuak dengan nilai 96, mengungguli ekonom Faisal Basri (95), Bibit Waluyo (91), Edy Waluyo (89), mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar (85), dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (80). Namun Megawati lebih memilih Fauzi Bowo sebagai calonnya berkoalisi dengan sekitar 20 partai dan berhasil memenangi pemilihan gubernur yang dipilih langsung oleh rakyat untuk pertama kalinya itu.
Selamat jalan Sarwono Kusuma Atmadja. Engkau telah membaktikan hidup dan dirimu demi kepentingan bangsa yang lebih luas menurut kebenaran yang engkau pahami sedalam-dalamnya.
[PJ/Mike Wangge]